Jika Anda diperkenankan menjadi seorang ayah, akan menjadi ayah seperti apakah Anda? Dr. Diana Baumrind, seorang ahli psikologi Universitas California, Berkley menjabarkan terdapat empat tipe orang tua dalam mendidik anak.
Tipe yang pertama adalah tipe orang tua yang mendidik secara fisik dan mental anak, sehingga si anak akan berada di dalam kontrol orang tua sepenuhnya (authoritarian). Tipe ini yang membuat terjadinya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Tipe yang kedua, mengontrol anak secara fisik, namun mereka tidak sanggup menanamkan didikan non fisik sehingga orang tua akan bersifat lebih dominan (authoritative). Dampaknya, anak akan cenderung pendiam, mudah menyimpan rasa sakit hati, dan pasif di lingkungan manapun si anak berada.
Orang tua dengan jenis tipe yang ketiga, umumnya mengijinkan si anak mengambil sendiri keputusan yang diinginkannya (permissive). Bagi golongan ini, keinginan si anak adalah segalanya.
Tipe yang terakhir, merupakan jenis orang tua yang cenderung tidak peduli dengan anak-anak mereka (uninvolved). Berdasarkan penelitian Dr. Baumrind pula, kebanyakan orang tua di dunia ini tergolong ke dalam tipe authoritative dan permissive.
Bagaimana dengan Anda? Hal apa saja yang ingin Anda ajarkan serta didik pada anak-anak Anda?
Bentuk didikan dengan tipe authoritative, rupanya juga pernah dirasakan oleh Ferdi semasa kecilnya. Sejak usia 2 tahun, Ferdi dipindahkan ke Manado oleh sang papa. Sedangkan kedua orang tuanya tinggal di Jakarta. Hingga akhirnya, pada saat Ferdi duduk di kelas 5 SD, sang mama pergi untuk selama-lamanya. Peristiwa ini membuat Ferdi merasa sangat sedih dan kecewa sebab tidak dapat melihat sang mama untuk terakhir kalinya. Lebih dalam lagi, Ferdi merasa sedih tidak bisa merasakan pelukan ibunya lagi. Seiring berjalannya waktu, Ferdi tumbuh secara bebas tanpa ada didikan. Hingga pernah satu kali, Ferdi dinyatakan sebagai tersangka akibat membunuh anak seorang pengacara di Manado.
Peristiwa inilah yang kemudian menyebabkan Ferdi dipulangkan kembali ke Jakarta dan tinggal bersama dengan sang papa. Namun kini, ia tinggal bersama-sama dengan ibu serta saudara tirinya. Selama di Jakarta, Ferdi mengalami perlakuan keras dari ayahnya. Bukan hal yang luar biasa bagi Ferdi menerima bentakan hingga pukulan dari papanya, orang tua kandung satu-satunya Ferdi. Pelampiasan kekecewaan Ferdi selama ini terhadap orang tua kandungnya, akhirnya tersalurkan melalui pergaulan-pergaulan yang buruk di Jakarta. Ferdi pun telah dikenal sebagai preman yang ditakuti. Baik preman dari tingkat rendah hingga preman sekelas profesional, tidak ada yang berani melawan Ferdi. Sama halnya dengan Ferdi, dirinya tidak takut dengan siapapun. Bagi Ferdi, hanya satu orang di dunia ini yang bisa menakutinya, yaitu sang papa. Selain itu, semua dianggap sampah.
Hingga pada suatu ketika, Ferdi dikunjungi oleh tim CBN Indonesia. Pada kesempatan itulah, Ferdi mengakui semua amarah dan kebencian yang selama ini mengganggu hidupnya. Tahukah Anda, berapa lama Ferdi membenci sang ayah? Bermula tepat ketika dirinya berada di kelas 2 SD atau setara dengan 29 tahun, seperempat abad hidup Ferdi dihabiskan hanya untuk membenci orang tua kandungnya sendiri. Anda tentu dapat membayangkan, seberapa dalam dan kuatnya kepahitan yang sudah mengakar di hati Ferdi, dan ini bukanlah perkara yang mudah. Ketika tim menceritakan pengorbanan Yesus di kayu salib hingga meninggal. Ferdi merasakan jamahan Tuhan yang luar biasa. Secara perlahan tetapi pasti, dirinya mulai membuka hati, mengaku dosa, berkomitmen untuk mengampuni orang yang dibencinya, dan meninggalkan semua dosa yang telah dilakukannya selama ini. Sampai tiba pada satu titik dirinya berkata, ‘saya ingin hidup saya diubahkan oleh Tuhan.’
Itulah momen istimewa Ferdi seumur hidupnya, yaitu momen pembebasan atas perasaan tertolak, momen dirinya merdeka dari dosa, dan momen baru sebagai manusia baru. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya Ferdi kini dapat bersaksi bahwa dirinya memperoleh ketenangan, damai sejahtera, dan kemerdekaan yang hakiki di dalam Tuhan. 29 tahun menyimpan perasaan benci, tentu sulit untuk merdeka dari dosa. Tetapi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Oleh karena itu, Ferdi dapat segera mengampuni orang tuanya. Adakah di antara Anda atau kerabat Anda yang saat ini mengalami beban seperti Ferdi?
Mari serahkan semua beban tersebut kepada Dia, dan bersiaplah menjadi ciptaan yang baru. Jika Anda merasa beban tersebut terlalu berat atau Anda kesulitan menanganinya sehingga Anda membutuhkan bantuan, seperti Ferdi, maka Anda dapat menghubungi tim CBN Indonesia. Tidak lupa kami turut mengajak Anda untuk bersama-sama mendukung CBN Indonesia sebagai Mitra CBN, agar banyak orang seperti Ferdy dapat di layani dan menemukan kembali jalan Tuhan. Daftarkan diri Anda melalui formulir di bawah artikel ini sebagai Mitra CBN atau SMS ke 081.5965.5960 ketik JC # Nama Lengkap # Email. Daftar sekarang dan bantu mereka!