Sebagai orang tua, tentu sangat menginginkan anak secara fisik bertumbuh dan berkembang dengan baik dari sisi karakternya. Oleh sebab itu, sering dijumpai orang tua yang menerapkan hukuman sebagai bagian dari tindakan mendisiplinkan anak. Sebagian setuju dengan anggapan tersebut, di lain pihak ada juga yang menentang. Sehingga timbul pertanyaan, sebenarnya penting atau tidak memberi hukuman pada anak-anak?
Dra. Ratih Andjayani Ibrahim, MM Psi. Psikolog sekaligus Pesident Director Personal Growth memberikan penjelasan mengenai hal ini. Sebelum menjawab pertanyaan di atas, Ratih menjelaskan arti hukuman itu sendiri, “Hukuman adalah semua tindakan yang kita berikan untuk menimbulkan efek jera terhadap perilaku anak, yang diyakini oleh pemilik otoritas (dalam hal ini orang tua).” Pada prakteknya ketika kita memberi hukuman seringkali kita memberi label perilaku anak itu dengan kata “nakal”. Padahal kata nakal itu sangat abstrak dan tidak spesifik bagi anak-anak sehingga mereka cenderung untuk mengulangi tindakan yang sama.
Lalu kemudian muncul pertanyaan berikutnya, “Bagaimana caranya agar tidak perlu memberi hukuman tapi proses pendisiplinannya tetap dapat berjalan? Sebenarnya agar anak tidak perlu di hukum, berarti ada sebuah proses yang disebut dengan conditioning yang merupakan bagian dari pembentukan perilaku anak. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh para orang tua. Karena proses conditioning harus diberlakukan sejak anak masih sangat muda. Caranya dengan mengidentifikasi perilaku apa yang kita tuntut untuk ditampilkan dari anak berdasarkan usia anak. Tentunya dalam hal ini orang tua dituntut harus berperan sebagai role model dari perilaku yang diinginkan. Contohnya, bangun pagi harus jam 05.00. Aturan ini berlaku bagi seluruh keluarga, tanpa terkecuali. Dengan begitu jika mereka melakukan hal di luar dari peraturan itu, dengan sendirinya mereka akan menyadari kesalahan mereka.
Berikut beberapa tips praktis yang dapat orang tua praktekkan ketika hendak mendisiplinkan anak:
1. Kasih. Dengan kasih kita akan memberikan konsekuensi yang logis terhadap kesalahan yang dibuat, artinya pasti masih dalam batasan kemampuan anak-anak.
2. Konsisten. Dalam kondisi apapun, susah ataupun senang, Anda harus tetap konsisten memberlakukan peraturan.
3. Kompak. Kesepakatan bersama harus dibuat dan harus ditaati termasuk orang tuanya. Ingat Anda adalah role model mereka.
4. Kompromi. Dalam situasi-situasi tertentu ada kalanya kita bisa menerapkan kompromi.
Intinya ketika menerapkan proses pendisiplinan, harus menyampaikan tujuannya dengan cara yang lugas dan dipahami anak-anak. Bahwa semua hal yang dilakukan, bertujuan agar mereka memiliki hidup yang teratur dengan adanya pola perilaku. Inilah yang turut membantu mereka untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Penjelasan diatas disampaikan Dra. Ratih Andjayani Ibrahim, MM Psi dalam program inspiratif yang diproduksi CBN. Mari dukung terus pelayanan CBN agar dapat terus menyediakan konten-konten yang positif dan inspiratif. Agar semakin banyak orang yang mengerti dan memahami Firman Tuhan, sehingga mereka bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyambut kehadiran Anda untuk mendukung pelayanan di bidang media ini. Segera bergabunglah bersama kami dalam komunitas Mitra CBN. Caranya dengan mengisi form yang tersedia dibawah artikel ini atau SMS ke 081.5965.5960 ketik JC # Nama Lengkap # Email. Sebagai sambutan hangat kami bagi Anda yang telah mendonasi maka akan kami berikan sebuah ayat inspiratif dalam classic wooden box.
Info lengkap tentang Mitra CBN klik disini
Info lengkap tentang Pelayanan CBN klik disini